Manusia Gerobak - Petik Ilmu
Headlines News :
Home » , » Manusia Gerobak

Manusia Gerobak

Written By . on 04/07/13 | 09.54

MANUSIA gerobak, mereka ada, mereka nyata. Mereka hidup di gerobak. Mereka membawa gerobak. Mereka didorong atau ditarik layaknya gerobak. Didorong kerasnya hidup. Ditarik semangat untuk menjalani hidup.

Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta Robertus Robert mengatakan manusia gerobak bukan orang-orang yang tak bisa produktif. Mereka bisa bekerja. Namun di fungsi-fungsi tertentu, mereka mengalami kesulitan ekstrem dibandingkan orang-orang lainnya, yaitu tempat tinggal yang memadai.

Sementara Elza Peldi Taher, penulis esai 'Manusia Gerobak, mengatakan mereka sebenarnya rakyat. Tapi, masyarakat seolah menganggap mereka seperti sampah yang harus dibuang. Mereka dianggap tak punya hukum untuk mendapatkan tempat tinggal. Dimanapun mereka tinggal, mereka akan digusur. Padahal mereka anak bangsa yang memang tak punya apa-apa.

Fenomena Manusia Gerobak lazim ditemui di kota-kota besar, seperti Jakarta. Gerobak yang mereka punya tak hanya untuk menampung barang-barang bekas yang akan dijual kembali. Namun gerobak itu menjadi tempat beristirahat, alat angkut, bahkan menaruh peralatan makan dan kebutuhan sehari-hari layaknya rumah.

Manusia Gerobak bukanlah hippies. Mereka tak terlibat dalam budaya dan kelompok manusia. Di Jabodetabek, sedikitnya 5.000 manusia gerobak.

Fenomena itu muncul lantaran beberapa faktor seperti sulitnya mendapat lahan dan rumah, keterbatasan ekonomi, serta meningkatnya barang bekas seiring tingkat konsumsi warga kota.

Robertus mengatakan itu sebagai akibat urbanisasi. Mereka menggunakan sarana gerobak sebagai rumah sekaligus untuk membantu pekerjaan mereka.

Menurut Robertus, mereka punya usaha. Mereka tak bisa disebut sebagai tunawisma. Sebab mereka mau punya rumah untuk mendukung pekerjaan. Lahan pekerjaan mereka pun tetap, yaitu mengumpulkan barang bekas.

Lalu apa dan siapa yang salah dengan kehadiran Manusia Gerobak? Mereka tetap bekerja dan tak meminta-minta. Namun yang mengkhawatirkan, nasib anak-anak mereka tak mendapatkan pendidikan maupun fasilitas sekolah.

Lantas, apakah pemerintah hanya perlu mengusir mereka untuk merapikan kota? Apakah kita harus menutup mata, telinga, dan hati hanya karena mereka tak berpunya?
Share this article :

0 komentar:

Pengikut

Total Penayangan

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Petik Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger